Saturday, July 30, 2016

Inikah Alasan Sesungguhnya Pencopotan Rizal Ramli?

Pasca reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini, salah satu pertanyaan mendasar yang diapungkan berbagai kalangan adalah mengapa Rizal Ramli dicopot dari posisinya sebagai Menko Maritim?

Dan bersorak-sorailah kaum hore-hore mengatakan bahwa inilah kemenangan Jokowi yang membela pengembang dalam kasus reklamasi. Rizal Ramli pada kasus ini sempat bersinggungan dengan Ahok. Rizal Ramli pun menjadi pahlawan sejati yang tersingkir karena "membela yang benar".

Sebenarnya, Rizal Ramli dan Luhut itu punya banyak kesamaan pandangan. Mereka akrab, bahkan - seperti kata Rizal Ramli, mereka sudah seperti kakak adik. Jadi, penggantian Rizal Ramli sebagai Menko Maritim bukan karena Luhut dapat tugas menyelamatkan Ahok atau pengembang dalam kasus reklamasi.

Alasan Pencopotan Rizal Ramli
Rizal Ramli

Mari kita bedah dan telaah topik ini.

Beratnya tugas Menko Maritim ini berkaitan dengan cita-cita Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia, sama seperti cita-cita Soekarno (Presiden RI pertama) yang ingin menjadikan negara Indonesia sebagai bahari. Ppengertian “poros maritim” berarti bahwa kelautan harus menjadi sentral kehidupan ekonomi dan pusat produksi utama.

Meskipun negara kita dikelilingi lautan, tapi sektor laut sama sekali tidak menjadi penghasilan sebagian besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya di darat. Padahal ketika potensi laut dikembangkan, maka tidak ada rakyat Indonesia yang kehilangan pekerjaan, karena lapangan kerjanya luas sekali. Masak kita harus selalu menjadi buruh di negeri sendiri?

Inilah yang tidak mampu diemban oleh 2 pejabat sebelumnya. Mereka bukan orang visioner tetapi lebih bersifat kepada teknis. Jokowi membutuhkan seorang visioner untuk mewujudkan cita2 ini.

Dan Luhut Panjaitan bisa dibilang orang yang tepat...

Kombinasi gaya militer dan tangan dingin bisnisnya terbukti mampu membangun perusahaan besar PT Toba Sejahtera yang nilai asetnya triliunan. Ia sangat diharapkan Jokowi untuk mampu menjadikan Indonesia sebagai negara maritim sebelum menjadi poros dunia.

Selain itu, ia juga sangat mengerti lapangan. Ia bukan orang yang sibuk dengan teori yang bikin berbi pecah kepalanya, tapi ia turun dan menyederhanakan semua masalah sehingga terlihat solusinya. Ia bisa berkoordinasi dengan TNI dalam masalah lahan untuk pembangunan bandara dan pelabuhan.

Sikap militer Luhut diperlukan sebagai benteng terhadap agresi China di perairan Natuna. Beda tekanan kalau yang gertak mantan Jenderal dan ekonom. Tugas beratnya lagi ia harus mengembangkan Natuna sebagai tempat pengembangan bisnis perikanan.

Dan Luhut adalah orang kepercayaan yang tepat bagi Jokowi untuk itu.

Jadi masalah pergantian Luhut dari Rizal Ramli di posisi Menko jauh lebih besar daripada sekedar masalah reklamasi yang hanya berupa satu masalah saja.

Lagipula Luhut orangnya tidak “berisik”. Ia bekerja dengan tangan, bukan dengan mulut. Tidak sibuk mencari perhatian media sekedar bicara bahwa ia membatalkan reklamasi. Tidak sibuk mencitra-citrakan dirinya sebagai seorang pahlawan tanpa perduli ekses negatif berupa tuntutan hukum yang akan menghantam.

Aduh, pasti catatan ini akan merusak mimpi indah kaum hore-hore dari kubu sebelah yang sudah semangat bahwa pergantian Menko Maritim ini adalah hasil dari tekanan pengembang atas masalah reklamasi.

Sungguh menarik melihat Jokowi menempatkan menteri-menterinya dalam barisan bidak. Ia sedang mencari orang yang tepat untuk ditempatkan pada kotak yang tepat. Dan satu kunci yang harus dihadapi oleh para menterinya, mereka harus visioner, berpandangan jauh ke depan.


Kalau hanya masalah teknis, siapapun pasti bisa. Inilah yang terjadi kenapa banyak orang-orang yang dikenal "baik" tapi harus diberhentikan dari tugasnya. Mereka tidak mempunyai visi yang diinginkan Jokowi. Visi yang besar bagaimana Indonesia dalam 10 tahun ke depan.

No comments:

Post a Comment