Monday, September 19, 2016

Ini "Prestasi" Kota Bogor Yang Dinilai Nomor 2 Terburuk Sedunia

Kota Bogor bawah kepemimpinan Walikota Bima Arya mencatat sebuah prestasi yang mengalahkan tetangga dekatnya, Jakarta dan menjadi terkenal di seluruh dunia. Namun sayangnya, prestasi yang diraih kota Bogor ini bukanlah prestasi yang membanggakan.

Prestasi kota Bogor ini terkait dengan pengalaman berlalu lintas atau berkendara. Dimana dalam hal kepuasan pengendara, Kota Bogor nangkring di urutan ke-2 sebagai kota terburuk untuk berkendara. Bogor mencatatkan indeks 2,15 (dari 10), satu poin lebih tinggi dari kota Cebu, Filipina dengan indeks 1,15 atau yang paling buruk di dunia menurut survei yang dilakukan oleh aplikasi navigasi lalu lintas Waze.

Hasil dari survei tersebut, Bogor dan Cebu berada di peringkat ke-185 dan 186 dari total 186 kota di 38 negara dunia.

Potret kesemrawutan lalu lintas sehari-hari di kota Bogor yang kini beken dengan julukan "kota seribu angkot"

Untuk penghargaan terbaik ini, kota-kota di negara Perancis seperti Valence, Tours dan Le Mans, menempati peringkat pertama hingga tiga teratas untuk kepuasan berkendara.

Aplikasi Waze ini hanya terfokus di negara dan kota metropolitan dengan jumlah pengguna aktif mencapai 20.000 per bulan sehingga keakuratan data dan perbandingan akan lebih adil. Penilaian ini melibatkan seluruh pengguna dari 38 negara dan 235 area metropolitan.

Dalam survei ini, Indonesia juga diwakili oleh Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar yang juga mencatat kepuasan terburuk dalam berkendara dimana semuanya mendapat nilai merah dengan rata-rata tingkat kepuasan tidak lebih dari angka 4.

Tak pelak, hal ini membuat Indonesia masuk ke dalam peringkat yang terburuk setelah El Salvador, Filipina, Guatemala, dan Panama.

Indeks kepuasan berkendara yang dirilis Waze ini dilakukan secara tahunan dengan mencantumkan enam indikator, di antaranya kepadatan dan keparahan lalu lintas, keselamatan perjalanan, kualitas dan infrastruktur jalan, kemudahan akses ke SPBU dan parkir, analisis dampak sosial ekonomi, dan perasaan pengguna Waze.

Dari enam indikator itu, Bogor mencatatkan indeks kemacetan sebesar 3,2, kualitas jalan 2,6, dan ekonomi sosial 1,1. Selain keenam indikator tersebut, Waze juga menyebutkan penyebab lain buruknya lalu lintas di daerah tersebut adalah karena gagalnya pemerintah setempat dalam pengelolaan lalu lintas.

Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, tak menampik hasil survei tersebut.
"Bogor memang masih macet. Tahun lalu masih di bawah Bandung dan Denpasar, tahun ini lebih buruk. Ini penting untuk kerja lebih keras lagi terutama reformasi angkutan kota," kata Bima.


Masalahnya, kemana Anda selama ini, Pak? Kapan bekerjanya?
(dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment