Thursday, January 19, 2017

Ini Kejanggalan Dalam Perekrutan PHL "Pasukan Oranye" Yang Sekarang Gajinya Rp 4 Juta

Beberapa hari terakhir ini nasib paskan oranye PHL (pekerja harian lepas) yang bertanggup jawab atas kebersihan ibukota terombang-ambing karena banyak diantara mereka yang bekerja dengan dedikasi malahan di depak.

Namun, Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengaku bahwa dirinya heran dengan banyaknya pengaduan dari para PHL yang diputus kontrak begitu saja. Dia menduga ada yang tidak beres dengan perekrutan di bawah.

Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono menerima pengaduan para PHL anggota pasukan oranye di Balaikota (photo: Kompas)

Selama seminggu ini, sudah banyak PHL yang datang ke Balai Kota untuk mengadu kepada Sumarsono, datang dari berbagai kelurahan, mulai dari PHL di Marunda, Johar Baru, dan Jatinegara.

Bahkan, Kamis pagi 19 Januari 2017 tadi, ada PHL dari Kelurahan Jatinegara yang mengadu lagi. Dia adalah Suwaji.


Suwaji yang telah mengabdi menjadi anggota pasukan oranye selama 20 tahun ini mengaku tidak mengetahui alasan mengapa dia diputus kontrak begitu saja.

Suwaji menceritakan, tidak ada kejanggalan ketika dia mengumpulkan berkas perekrutan pada 27 Desember 2016. Saat pengumuman tanggal 31 Desember 2016 di Kantor Suku Dinas Jakarta Timur, semua PHL dinyatakan lulus. Suwaji bahkan sempat menandatangi perpanjangan kontrak di atas meterai 6.000.

Suwaji mengaku cukup gembira mendengar kontraknya diperpanjang. Di samping itu, gajinya juga naik menjadi Rp 4 juta.

Selang tiga hari, di kantor kelurahan setempat, tiba-tiba terdapat selebaran pengumuman. Pengumuman itu menginformasikan bahwa sebagian dari PHL yang sebelumnya telah lulus dinyatakan tidak lulus.

Namun, di lembaran surat itu tidak tertulis tanggal surat maupun tanda tangan pengesahan oleh pejabat daerah. Di sana, Suwaji mulai menduga ada kejanggalan dalam perekrutan PHL.

"Sewaktu mau absen pulang sore, di papan ada pengumuman yang tidak tertulis tanggal dan nama penulis. Di situ kami diberhentikan," ujar Suwaji.

Senada dengan Suwaji, Sartono yang telah lima tahun bekerja sebagai PHL menyampaikan harapannya agar Sumarsono mau mendengar keluhan mereka. Sartono mengaku bingung bagaimana harus menghidupi anak istrinya jika tak lagi bekerja sebagai PHL.

Lulusan SMP serta umur yang tak lagi muda membuat kepastian mencari kerja semakin menjadi sulit.

"Kami punya anak istri yang harus dinafkahi. Kami datang kemarin karena berharap Pak Soni (sapaan Sumarsono) bisa menyelesaikan masalah ini," ujar Sartono.

Menanggapi bertambahnya aduan para PHL, Soni berjanji untuk segera menyelesaikan masalah tersebut. Soni menilai, ada kejanggalan mengapa cukup banyak PHL yang mengadu kepadanya.

"Kami akan panggil sekretaris kelurahan dan lurahnya yang PHL-nya mengadu, termasuk Suku Dinasnya agar segera diselesaikan," ujar Soni.
(Kompas dan sumber-sumber lain)

No comments:

Post a Comment