Sunday, June 25, 2017

Ini Penyebab Soeharto Ikut NU Menurut Gus Dur

Di masa pemerintahan Orde Baru, KH. Abdurrachman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu tokoh yang berani mengkritik pemerintahan Soeharto secara tegas dan cerdas. Namun, tidak seperti para politikus di era sekarang yang penuh kepura-puraan, walau sering berseberangan dalam pandangan politik, Gus Dur dan Soeharto tetap intens saling menjaga ikatan tali silaturahmi.

Salah satu foto yang menunjukkan keakraban Gus Dur dan (mantan) Presiden Soeharto walau mereka bersebrangan secara politik. Gus Dur sering melontarkan kritik pedas namun cerdas dan santun. Suatu hal yang tidak dimiliki oleh elite politik saat ini. (photo: Pepnews)

Mereka saling mengundang dalam berbagai kesempatan, dan tidak sekalipun undangan salah satu dari mereka pernah diingkari. Ada beberapa hal menarik seputar silaturahmi kedua tokoh besar yang pernah dimiliki Republik Indonesia ini.

Salah satunya seperti yang tertuang dalam buku 'Ngakak Bareng Gus Dur' karya Muhammad Wahab Hasbullah (Penerbit Insania Yogyakarta, 2010).

Pada suatu waktu, Gus Dur diundang oleh Soeharto untuk berbuka puasa bersama di kediamannya di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Gus Dur pun datang ke kediaman Soeharto ditemani oleh Kyai Asrowi. Setelah buka puasa dan salat magrib berjamaah. Kemudian dilanjut minum kopi, minum teh, dan makan-makan santai, terjadilah dialog antara Soeharto dan Gus Dur.

Soeharto: Gus Dur sampai malam kan di sini?

Gus Dur: Enggak pak! Saya harus segera pergi ke tempat yang lain.

Soeharto: Oh, iya ya ya.... silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini, ya?

Gus Dur : Oh, Iya Pak! Tapi harus ada penjelasan.

Soeharto: Penjelasan apa?

Gus Dur: Shalat tarawihnya nanti itu 'ngikutin' NU lama atau NU baru?

Mendengar ucapan Gus Dur itu, karuan saja Soeharto jadi bingung. Baru kali ini dia mendengar ada NU lama dan NU baru. Oleh karena itu, kemudian Soeharto bertanya kepada Gus Dur.

Soeharto: Lho, NU Lama dengan NU baru apa bedanya?

Gus Dur: Kalau NU lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat.

Soeharto: Oh Iya..ya.. gak apa-apa.

Gus Dur sementara diam tak lagi berbicara. Sejurus kemudian Suoharto bertanya lagi.

Soeharto: Lha, kalau NU baru bagaimana?

Gus Dur: Diskon 60 persen! Hahaha... jadi shalat tarawih dan witirnya cuma tinggal 11 rakaat.

Kontan saja jawaban Gus Dur membuat Soeharto dan semua orang yang ada di sekitarnya ngakak mendengar dialog itu.


Soeharto: Ya sudah, saya ikut NU baru saja, pinggang saya sakit. 

Hahahaha.
(Ngakak Bareng Gus Dur)

No comments:

Post a Comment